Dewi Agustina – 152151160
Rafly Dwini Firmansyah - 142151137
I
|
ndonesia
merupakan Negara yang mempunyai kepercayaan mistik yang tinggi, baik itu berupa
ramalan, hal-hal yang bersifat gaib dan sebagainya. Kepercayaan tersebut bisa
didasari oleh faktor keturunan yang biasanya orang tua mengajarkan anaknya
untuk mengikuti kepercayaan yang dianutnya. Salah satu kepercayaan di Indonesia
yang berkaitan dengan seni menghitung adalah paririmbon.
Istilah Primbon di lingkungan
masyarakat sudah tidak asing lagi kita dengar.
Definisi Primbon memang sangat singkat,
yaitu sebuah ramalan berdasarkan sebuah teori yang dimiliki oleh orang
Jawa, namun demikian primbon sangat lekat bagi sebagian masyarakat berdarah
Jawa. Primbon adalah sebuah perhitungan yang sifatnya meramal yang dalam hal
ini biasa digunakan oleh orang Jawa, sehingga primbon itu identik dengan orang
Jawa.
Bagi orang Jawa, angka 0 - 9 itu
semuanya sama baiknya dan tidak ada yang dianggap angka naas, angka celaka,
atau angka pantangan yang harus dijauhi. Namun demikian, menurut pakar kejawen
Drs. Subalidinata, banyak bukti bahwa konsep sembilan dinilai keramat.
"Ambil contoh isoteris bagi sistem kepercayaan orang Jawa masa lalu, mereka percaya terdapat
sembilan dewa penguasa mata angin terdiri dari delapan dewa penjuru mata angin
dan satu dewa di pusat. Dewa penguasa mata angin itu berjumlah sembilan yang
masing-masing memiliki karakter yang berbeda.Di antara jumlah sembilan dewa
tersebut yang paling dihormati adalah dewa tertinggi yang berada di tengah
yaitu dewa kesembilan."
No
|
Namadewa
|
Tempat
|
1
|
Wisnu
|
Utara
|
2
|
Sambhu
|
Timurlaut
|
3
|
Iswara
|
Timur
|
4
|
Maheswara
|
Tenggara
|
5
|
Brahma
|
Selatan
|
6
|
Rudha
|
Barat daya
|
7
|
Mahadewa
|
Barat
|
8
|
Sangkara
|
Barat laut
|
9
|
Siwa
|
Tengah
|
Konsep sembilan itu, menurut
Subalidinata, berpengaruh juga terhadap aspek kelahiran anak manusia, artinya,
orang Jawa masa lalu sangat bangga dan mengharapkan sekali jika anaknya lahir
pada hari dan pasaran yang mengacu pada perhitungan nilai atau neptu jumlah
sembilan.
No
|
Hari
|
Nilai
|
1
|
Senin
|
4
|
2
|
Selasa
|
3
|
3
|
Rabu
|
7
|
4
|
Kamis
|
8
|
5
|
Jumat
|
6
|
6
|
Sabtu
|
9
|
7
|
Minggu
|
5
|
Pasaran:
No
|
Pasaran
|
Nilai
|
1
|
Pahing
|
9
|
2
|
Pon
|
7
|
3
|
Wega
|
4
|
4
|
Kliwon
|
8
|
5
|
Legi
|
5
|
JatuhnyaWeton(hitunganKelipatan 5)
No
|
Weton
|
Angka
|
1
|
Sandnag
|
1, 6, 11, 16, 21, dst
|
2
|
Pangan
|
2, 7, 12, 17, 22, dst
|
3
|
Papan
|
3, 8, 13, 18, 23, dst
|
4
|
Loro/sakit
|
4, 9, 14, 19, 24, dst
|
5
|
Pati/mati
|
5, 10, 15, 20, 25, dst
|
Hitung hitungan ini berfungsi untuk :
cari jodoh, kecocokan dalam rumah tangga dll.
Misal ada orang mau menikah :
No
|
Jenis kelamin
|
Hari/pasaran
|
Nilai
|
1
|
Laki-laki
|
Kamis, pahing
|
8, 9
|
2
|
Wanita
|
Rabu, wage
|
7, 4
|
Dari tabel di atas bisa dilihat total angka yang dimiliki
laki-laki dan wanita, lalu jumlahkan 17+11=18. Jadi jatuhnyaweton di
papan/rumah. Hitungan ini juga bisa di fungsikan sebagai sarana
pencarian jodoh yaitu konsep weton atau hari kelahiran yang memiliki nilai
kelipatan sembilan yang jatuh pada hari pasaran Sabtu Pahing.
Baik saya akan beri contoh, jika
sesesorang lahir hari Sabtu 9 pahing 9, jadi 9 + 9 = 18, sama dengan 1 = 8 = 9.
"Konsep sembilan ini juga menjadi pilihan orang Jawa masa lalu untuk
mendirikan rumah, menentukan hari pernikahan, dan sebagainya.
Perjodohan yang ideal bagi orang Jawa
dulu itu harus berkelipatan sembilan. Artinya, hari kelahiran suami ditambah
hari kelahiran istri yang baik berkelipatan
9. Misalnya, jika si Udin kelahiran Rabu wage yang memiliki nilai 11
(Rabu 7, wage 4), maka jodoh yang dianggap ideal, istrinya seharusnya memiliki
nilai kelahiran 7 atau selasa wage (selasa 3, wage 4). Jadi hari kelahiran
suami 11 + hari kelahiran istri 7 = 18 = 9. Atau bisa juga si istri itu
memiliki hari pasaran bernilai 16 yang jatuh pada rabu pahing, supaya berjumlah
27 = 9. Ketertarikan penulis untuk mengetahui lebih banyak makna angka dari
masing-masing hari, Saya telah mewawancarai seseorang yang bernama ustad Syarif
hidayatullah.
Dari hasil wawancara tersebut saya mendapatkan
penjelasan bahwa:
- Senin berjumlah 4, menurut kepercayaan jawa manusia mempunyai empat saudara yaitu: mutmainah (putihnya air), amarah (merahnya darah), supiah (kuningnya angin), alua manah (hitamnya tanah)
- Selasa berjumlah 3, manusia memiliki sifat 3 perkara, hidup, rasa dan raga
- Rabu berjumlah 7, angka tujuh bersemayam pada jumlah hari, yaitu: senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu. Dan juga dengan adanya rambut, kulit, daging, tulang, sumsum, urat dan darah
- Kamis berjumlah 8, bersemayam pada windu (8 tahun) atau wali wolu yang mana di jawa pemahaman wali yang benar hanya 8 orang
- Jumat berjumlah 6 (enam/nem) bersemayam pada bayangannya, dan bila di artikan maka menjadi arah mata angin, yaitu: timur, barat, utara, selatan, bawah dan atas
- Sabtu berjumlah 9, pengertiannya seorang bayi berada dalam kandungan ibunya selama Sembilan bulan
- Minggu berjumlah 5, bersemayam bila dijabarkan terdapat pada jenazah dan empat orang yang membawa/memikul keranda.
Teman saya lahir pada hari rabu kliwon, Rabu mempunyai
nilai 7 dan kliwon 8. Bila dijumlahkan menjadi 15. Pacar teman saya lahir hari selasa pahing, Selasa
mempunyai nilai 3 dan Pahing 9. Bila dijumlahkan menjadi 12. Sebelumnya perlu diketahui bahwa weton merupakan titik
acuan untuk mengetahui cocok atau tidaknya pasangan dalam hitungan jawa.
Weton = nilai
hari + nilai pasaran
Jika weton laki-laki
dari weton wanita maka menurut
kepercayaan orang jawa hubungan mereka akan cocok. Karena lelaki merupakan imam
yang pantas untuk seorang wanita.
Jika weton wanita
dari weton laki- laki maka sangat
tidak cocok menurut kepercayaan orang jawa karena tidak sesuai dengan ketentuan
bahwa imam sesungguhnya adalah lakilaki.
Dari
contoh diatas kita mengetahui bahwa Weton teman saya (laki-laki)
dari pada pasanganya (perempuan) yaitu 15
12. Dan jika mengacu kepada konsep 9, mereka juga cocok
karena weton mereka berjumlah 27 yaitu kelipatan 9.
Nah selanjutnya saya akan menjelaskan atau memaparkan
sebuah perhitungan yang lain, dimana perhitungan ini ada sangkut pautnya dengan
perhitungan yang sudah dipaparkan diatas.
Perhitungan
ini merupakan perhitungan yang berhubungan dengan materi sistem numerasi ijir,
dimana perhitungannya hampir sama yaitu numerasi ijir menggunakan turus atau
dengan pengumpulan kerikil, nah perhitungan ini juga dahulu zaman nenek moyang
menggunakan sebuah potongan lidi yang dikumpulkan. Karena zaman nenek moyang
dulu perhitungan mereka terbatas hanya menggunakan jari mereka, sehingga
ditemukanlah perhitungan ini oleh seorang ulama tersohor yaitu K.H. Mama Khoer
Affandi, tutur Kaman, seorang tabib di Tasikmalaya. K.H. Mama Khoer Affandiadalah
seorang pendiri Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Kabupaten
Tasikmalaya. Beliau lahir pada tanggal 12 September 1923 di Desa Cigugur,
Ciamis. Ayah beliau
bernama Raden Mas Abdullah bin Hasan Ruba’i yang masih mempunyai keturunan dari
Raja mataram. Ibu beliau bernama Siti Aminah binti Marhalan yang mempunyai
keturunan dari Wali Godog Garut. K.H Mama Khoer Affandi meninggal dunia pada
tanggal 26 November 1994.
K.H Mama Khoer Affandi
Menurut K.H Mama Khoer Affandi perhitungan ini didasarkan
pada waktu, hari, dalam istilah bahasa sunda adalah naktu poe (kepala hari) atau nilai, nama pasaran neptu dan arah
mata angin.
Dalam
perhitungan ini disediakan tabel untuk mempermudah hitungan.
Keterangan :
a.
Simbol
Penamaan simbol
simbol berikut bukan berasal dari nenek moyang, melainkan dari pengembang perhitungan
ini yaitu, K.H Mama Khoer Affandi. Karena nenek moyang dahulu tidak menjelaskan
tentang nama simbol tersebut. Nah K.H Mama Khoer Affandi berfikir untuk
mempermudah perhitungan dan pelafalan dari simbol beliau menamakannya sebagai
berikut:
- [: :] Simbol ini bisa disebut dengan mata empat. Dimana mata empat ini diartikan sebagai “Dunia” atau segala kebahagiaan didunia yang sangat melimpah, baik itu dari segi harta, kehidupan, rezeki, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Simbol ini bermakna bahwa jika kita ingin mendapatkan kebahagiaan didunia, banyak caranya dimana untuk mencari kebahagiaan dunia bisa kita cari dari semua manahab atau dari semua arah. Seperti simbol mata empat ini sama dengan arah mata angin yaitu Utara, Barat, Selatan dan Timur
- [ / ] Simbol ini disebut seperti yang kita tahu dalam tanda baca yaitu garis miring. Garis miring ini diartikan dengan “Halangan” kenapa artikan dengan halangan karena sama seperti lambangnya yang seperti kayu menghalang nah itu bisa dikatakan bahwa dalam menjalankan sesuatu banyak halangan yang akan menghadang.
- [ . ] Simbo ini disebut titik. Titik ini diartikan dengan “Mati atau Celaka”. Kenapa diartikan dengan celaka? Karena seperti pada fungsi tanda baca titik itu adalah berhenti, maka dalam perhitungan ini juga titik tersebut diartikan mati atau celaka.
- [ x ] Simbol ini adalah “kali”. Kali ini diartikan dengan Rezeki, maksud dari kali ini diartikan dengan Rezeki. Rezeki yang diartikan pada simbol ini tidak semelimpah yang disebutkan pada simbol mata empat. Rezeki disini hanya sebagian kecil saja.
- [ s ] Simbol ini dibaca “Es”. Yang bisa diartikan dengan “Suwung” atau dalam Bahasa Indonesia adalah “Kosong”. Maksud dari suwung atau kosong tersebut adalah tidak mendapatkan apa-apa.
b. Arah Mata Angin
Simbol arah
mata angin ini ada 4 saja, tetapi penempatan simbol tersebut berbeda setiap
harinya.
1.
Hari Jum’at
- Arah utara disimbolkan dengan (.) artinya pati
atau celaka
- Arah timur disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah
timur tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa
- Arah selatan disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah selatan.
- Arah barat disimbolkan dengan (=)
artinya sama dengan arah selatan berarti ngisi atau ada.
2.
Hari Sabtu
- Arah utara disimbolkan dengan (.) artinya pati
atau celaka
- Arah timur disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah timur
- Arah selatan disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah selatan
- Arah barat disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah
barat tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
3.
Hari Minggu
- Arah utara disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah
utara tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
- Arah timur disimbolkan dengan (.) artinya pati
ataucelaka
- Arah selatan disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah selatan
- Arah barat disimbolkan dengan (=)
artinya sama dengan arah selatan berarti ngisi atau ada.
4.
Hari Senin
·
Arah utara disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah
utara tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
·
Arah timur disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah
timur tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
·
Arah selatan disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah selatan.
·
Arah barat disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah barat.
5.
Hari selasa
·
Arah utara disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah
utara tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
·
Arah timur disimbolkan dengan (.) artinya pati
atau celaka
·
Arah selatan disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah selatan.
·
Arah barat disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah barat.
6.
Hari Rabu
·
Arah utara disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah
utara tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
·
Arah timur disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah timur.
·
Arah selatan disimbolkan dengan (.) artinya pati
atau celaka
·
Arah barat disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah barat.
7.
Hari Kamis
·
Arah utara disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah utara.
·
Arah timur disimbolkan dengan (s) artinya kosong. Berarti dari arah
utara tidak ada bagian atau tidak akan mendapatkan apa-apa.
·
Arah selatan disimbolkan dengan (.) artinya pati
atau celaka
·
Arah barat disimbolkan dengan (=)
artinya kalau dalam bahasa sunda adalah “ngeusi” atau dalam bahasa Indonesia
adalah ngisi berarti di arah selatan tersebut ada kemungkinan akan mendapatkan
sesuatu jika kita pergi ke arah barat.
Baik saya akan memberikan contoh:
1.
Misalkan ayah saya ingin pergi mencari
nafkah pada hari jum’at, supaya mencari nafkahnya lancar tanpa ada halangan
atau mendapatkan hasil yang memuaskan bisa dilihat dari tabel hitungan, yaitu
pada jam 9, 10, 11 atau pada jam 4, 5 sore.
2.
Misalkan bu Ani ingin menagih hutang ke
pa Yana di Bandung pada hari Rabu, untuk mengantisipasi ibu Ani melihat tabel
hitungan untuk mendapatkan hasil dari menagih hutang bu Ani haruspergi pukul 9,
10, 11 atau pada pukul 3, 2 sore. Dalam arah mata angin ibu Ani harus pergi ke
arah timur atau ke arah barat supaya dapat hasil yang memuaskan.
Begitulah kira-kira contoh dari
pengaplikasian tabel perhitungan tersebut, mudah dan gampang untuk dipakai.
Berikut
adalah istilah-istilah yang biasa digunakan seseorang apabila akan mempunyai
hajad, seperti:
-
Bercocok tanam hitungannya: Suku, Gajah,
Buta, WATU artinya suku (diinjak) jelek, gajah (hambur atau boros) jelek, buta
(serakah) jelek, watu (cukup) baik.
Jadi jika ingin bercocok tanam harus
menginjak pada hitungan watu.
-
Panen atau Dagang hitungannya: SRI,
LUNGGUH, DUNYA, Lara, Pati artinya sri (padi) baik, lungguh (kalem) baik, dunya
(dunia) baik, lara (sakit atau sengsara) jelek, pati (celaka)
Jadi jika ingin panen atau berdagang
harus pada hitungan sri, lungguh, dunya.
-
Duduk Ris (awal membangun Pondasi
rumah) hitungannya: BUMI, JALMO, Wono, Praloyo.
-
Ngedeg’ake Griyo (mendirikan rumah),
hitungannya: KERTO, Yoso, CANDI, rogoh, sempoyong.
-
Buka Usaha, hitungannya: SANDANG, PANGAN,
Loro, Pati.
-
Membeli barang/ Bibit, hitungannya:
SRI, kitri, GONO, liyeh, pokah.
-
Bersihan/Tingkepan, hitungannya: KERTO,
WILOBO, uruhan, unen.
-
Orang sakit, hitungannya: BEJO, BANYU,
petak, tangis.
-
Bepergian, hitungannya: kliyek, MANTEK,
jolo, KEMIL.
-
Membeli hewan ternak, hitungannya: SUKU,
watu, Gajah, sungu.
-
Mimpi, hitungannya: GUNUNG, guntur,
SEGORO, asat.
-
Manten/Jodoh, hitungannya: pegat,
JODOH, wayuh.
Kesimpulan uraian diatas adalah, bahwa perinsip hitungan paririmbon diatas
berkaitan dengan konsep matematika yaitu modulo atau berhubungan dengan sisa
hitungannya. Sedangkan pada gambar perhitungan yang dikemukakan oleh K.H Mama
Khoer Affandi, tutur Kaman, lebih mengarah pada sistem numerasi ijir, di mana
media yang digunakannya adalah lidi atau batu kerikil. Namun kita
selaku manusia yang mempunyai agama dituntut untuk jangan terlalu percaya
dengan hal-hal seperti itu. Serahkan urusan jodoh, rezeki dan sebagainya kepada
Tuhan yang penting kita berusaha dengan bersungguh-sungguh dan berikhtiar serta berfikir secara logis dan
tidak tergesa-gesa dalam menentukan atau memutuskan sesuatu hal, sehingga hasil
yang akan diperoleh bisa maksimal.
Penulis sangat sadar bahwa dalam penulisan artikel ini masih
jauh dari sempurna. Harapan penulis setelah pembaca memahami isi dari artikel
yang saya buat, makna dari
dasar penentuan nilai jam belum terjelaskan. Saya meminta agar pembaca untuk mengembangkan persoalan yang belum terpecahkan
ini.
Terimakasih.
Foto
Observasi
Bapa
Nunu Supriatna